Surat Al-Lahab adalah salah satu surat pendek dalam Al-Qur'an yang memiliki pesan mendalam dan peringatan keras. Surat ini tergolong ke dalam golongan surat Makkiyah, yang berarti diturunkan di kota Mekkah sebelum hijrahnya Nabi Muhammad SAW ke Madinah. Dengan hanya terdiri dari lima ayat, Surat Al-Lahab secara lugas mengisahkan tentang nasib seorang musuh Islam yang paling gigih pada masa awal dakwah, yaitu Abu Lahab, beserta istrinya.
Nama "Al-Lahab" sendiri berarti "gejolak api" atau "nyala api", yang secara langsung merujuk pada takdir yang menanti Abu Lahab di akhirat kelak. Surat ini tidak hanya berfungsi sebagai peringatan bagi Abu Lahab dan istrinya, tetapi juga sebagai penguat hati Nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya yang sedang menghadapi penentangan sengit. Ia menegaskan bahwa kekuasaan Allah SWT melampaui segala bentuk kekuatan dan kekayaan duniawi, serta bahwa kebenaran akan selalu menang melawan kebatilan.
Dalam artikel ini, kita akan menyelami setiap aspek Surat Al-Lahab secara komprehensif. Dimulai dari pengenalan umum, kemudian penyebab turunnya ayat (asbabun nuzul), dilanjutkan dengan teks Arab, transliterasi, dan terjemahannya per ayat. Bagian terpenting akan mencakup analisis tajwid secara mendalam untuk setiap kata, memberikan pemahaman yang jelas tentang cara membaca Al-Qur'an dengan benar sesuai kaidah ilmu tajwid. Terakhir, kita akan membahas kandungan dan tafsirnya, serta pelajaran-pelajaran berharga yang dapat kita ambil dari surat ini untuk kehidupan sehari-hari.
Kisah di balik turunnya Surat Al-Lahab sangatlah terkenal dan merupakan salah satu bukti nyata kebenaran kenabian Muhammad SAW. Surat ini diturunkan sebagai respons langsung terhadap sikap permusuhan yang ditunjukkan oleh paman Nabi sendiri, Abu Lahab, dan istrinya, Ummu Jamil.
Pada awal masa kenabian, setelah menerima wahyu selama beberapa tahun secara sembunyi-sembunyi, Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad SAW untuk memulai dakwah secara terang-terangan kepada kaumnya. Perintah ini termaktub dalam Surat Al-Syu'ara ayat 214: "Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat."
Mengikuti perintah tersebut, Rasulullah SAW naik ke Bukit Shafa di Mekkah. Beliau memanggil kaum Quraisy dari berbagai kabilah: Bani Fihr, Bani Adiy, Bani Abdu Manaf, Bani Hasyim, dan kabilah-kabilah lainnya. Orang-orang berkumpul, termasuk pamannya, Abu Lahab.
Ketika semua orang berkumpul, Nabi Muhammad SAW bertanya kepada mereka, "Bagaimana pendapat kalian jika aku memberitakan bahwa di lembah sana ada pasukan berkuda yang akan menyerang kalian, apakah kalian akan memercayaiku?" Mereka serentak menjawab, "Ya, kami belum pernah mendengar engkau berdusta."
Maka Nabi SAW bersabda, "Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan bagi kalian akan datangnya azab yang pedih."
Mendengar perkataan ini, Abu Lahab tidak dapat menahan amarahnya. Dengan nada mengejek dan penuh kebencian, ia berteriak, "تَبًّا لَكَ يَا مُحَمَّدُ! أَلِهَذَا جَمَعْتَنَا؟" (Celakalah engkau, hai Muhammad! Apakah hanya untuk ini engkau mengumpulkan kami?). Ia bahkan mengambil batu untuk dilemparkan kepada Rasulullah SAW.
Sikap Abu Lahab ini adalah puncak dari permusuhannya yang telah berlangsung lama. Ia tidak hanya menolak dakwah keponakannya, tetapi juga secara aktif menghalangi orang lain untuk mendengarkan atau menerima Islam. Ia sering mengikuti Nabi ke pasar-pasar atau tempat perkumpulan, dan ketika Nabi SAW selesai berdakwah, Abu Lahab akan berteriak, "Jangan dengarkan dia! Dia adalah pendusta! Dia telah meninggalkan agama nenek moyang kita!"
Permusuhan Abu Lahab diperparah oleh istrinya, Ummu Jamil binti Harb bin Umayyah, saudari Abu Sufyan. Ia juga dikenal dengan nama Arwah. Ummu Jamil tidak kalah kejamnya dalam memusuhi Nabi Muhammad SAW. Ia sering membawa duri-duri atau ranting-ranting berduri dan menyebarkannya di jalan yang akan dilalui Rasulullah SAW, dengan tujuan agar beliau terluka atau terganggu.
Perbuatannya ini digambarkan dalam Al-Qur'an dengan sebutan "حَمَّالَةَ الْحَطَبِ" (pembawa kayu bakar), yang memiliki makna ganda: secara harfiah merujuk pada kebiasaannya mengumpulkan duri, dan secara kiasan merujuk pada perannya sebagai penyebar fitnah dan pemicu permusuhan, yang diibaratkan seperti menyulut api permusuhan di antara manusia. Kayu bakar yang ia kumpulkan di dunia ini akan menjadi bahan bakar neraka yang membakar dirinya di akhirat kelak.
Melihat permusuhan yang begitu nyata dan terang-terangan dari pamannya sendiri, Allah SWT menurunkan Surat Al-Lahab sebagai jawaban dan penghiburan bagi Rasulullah SAW. Surat ini merupakan mukjizat Al-Qur'an karena secara spesifik meramalkan bahwa Abu Lahab akan mati dalam keadaan kufur dan akan kekal di neraka, jauh sebelum kematiannya. Ramalan ini terbukti benar; Abu Lahab meninggal dalam keadaan kafir, tanpa pernah mengucapkan syahadat, bahkan tidak lama setelah kekalahan kaum kafir Quraisy dalam Perang Badar, ia meninggal dengan cara yang mengenaskan akibat penyakit `adzdzah` (sejenis penyakit bisul yang sangat menular dan menjijikkan), yang bahkan keluarganya enggan mendekatinya.
Dengan demikian, Surat Al-Lahab bukan hanya sebuah celaan, tetapi juga sebuah pernyataan kebenaran ilahi yang menjamin kehinaan dan kehancuran bagi siapa pun yang secara terang-terangan memusuhi dan menghalangi jalan kebenaran.
Mari kita simak teks lengkap Surat Al-Lahab, diikuti dengan transliterasi dan terjemahan per ayatnya.
تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ
Tabbat yadā Abī Lahabin wa tabb Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa.
مَا أَغْنَىٰ عَنْهُ مَالُهُ وَمَا كَسَبَ
Mā aghnā ‘anhu māluhū wa mā kasab Tidaklah berguna baginya hartanya dan apa (usaha) yang dia usahakan.
سَيَصْلَىٰ نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ
Sayaṣlā nāran dhāta lahab Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak (neraka).
وَامْرَأَتُهُ حَمَّالَةَ الْحَطَبِ
Wamra’atuhū ḥammālatal ḥaṭab Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar (penyebar fitnah).
فِي جِيدِهَا حَبْلٌ مِّن مَّسَدٍ
Fī jīdihā ḥablum mim masad Di lehernya ada tali dari sabut yang dipintal.
Membaca Al-Qur'an dengan benar adalah kewajiban bagi setiap Muslim. Ilmu Tajwid adalah panduan untuk membaca Al-Qur'an sesuai dengan pelafalan yang benar sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Mari kita bedah setiap ayat Surat Al-Lahab untuk memahami hukum-hukum tajwid yang terkandung di dalamnya.
Teks: تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ
تَبَّتْ (Tabbat):
يَدَا (Yadā):
أَبِي (Abī):
لَهَبٍ (Lahabin):
وَتَبَّ (wa tabb):
Teks: مَا أَغْنَىٰ عَنْهُ مَالُهُ وَمَا كَسَبَ
مَا (Mā):
أَغْنَىٰ (Aghnā):
عَنْهُ (Anhu):
مَالُهُ (Māluhū):
وَمَا (wa mā):
كَسَبَ (kasab):
Teks: سَيَصْلَىٰ نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ
سَيَصْلَىٰ (Sayaṣlā):
نَارًا (Nāran):
ذَاتَ (Dhāta):
لَهَبٍ (lahab):
Teks: وَامْرَأَتُهُ حَمَّالَةَ الْحَطَبِ
وَامْرَأَتُهُ (Wamra’atuhū):
حَمَّالَةَ (Ḥammālatāl):
الْحَطَبِ (Al-ḥaṭab):
Teks: فِي جِيدِهَا حَبْلٌ مِّن مَّسَدٍ
فِي (Fī):
جِيدِهَا (Jīdihā):
حَبْلٌ (Ḥablum):
مِّن (mim):
مَّسَدٍ (masad):
Analisis tajwid yang mendalam ini bertujuan untuk membantu pembaca memahami dan mengaplikasikan kaidah-kaidah tajwid saat membaca Surat Al-Lahab, sehingga bacaannya menjadi fasih dan sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW.
Setelah memahami teks dan tajwidnya, kini saatnya kita menyelami makna dan tafsir dari setiap ayat Surat Al-Lahab. Surat ini adalah peringatan yang tegas dari Allah SWT kepada mereka yang menentang kebenaran dan menghalangi dakwah Islam.
Terjemahan: Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa.
Ayat pertama ini adalah doa atau kutukan dari Allah SWT yang sekaligus merupakan berita keniscayaan. Frasa "تَبَّتْ يَدَا" secara harfiah berarti "celaka atau binasa kedua tangan". Dalam kebudayaan Arab, "tangan" sering kali melambangkan kekuatan, usaha, dan kekuasaan. Jadi, ini bukan sekadar kutukan pada tangan fisik, melainkan pada seluruh daya upaya, kekuasaan, dan segala bentuk kekuatan yang digunakan Abu Lahab untuk menentang Nabi Muhammad SAW dan dakwah Islam. Segala usahanya untuk menghalangi kebenaran akan sia-sia dan berakhir dengan kehancuran.
Tambahan "وَتَبَّ" (dan sesungguhnya dia akan binasa) menguatkan dan mengulangi penegasan bahwa kehancuran total akan menimpa dirinya. Ini menunjukkan bahwa bukan hanya usahanya yang akan binasa, tetapi juga dirinya sendiri, baik di dunia maupun di akhirat. Prediksi ini adalah salah satu mukjizat Al-Qur'an, karena Abu Lahab meninggal dalam keadaan kafir, mengonfirmasi ramalan ilahi ini.
Nama "Abu Lahab" sendiri bukan nama aslinya. Nama aslinya adalah Abdul Uzza bin Abdul Muttalib. Ia dipanggil Abu Lahab (Bapak Jilatan Api) karena wajahnya yang cerah dan berseri-seri. Namun, Allah SWT menggunakan julukan ini untuk menggambarkan takdirnya di neraka kelak, di mana ia akan merasakan api yang bergejolak dan membakar.
Terjemahan: Tidaklah berguna baginya hartanya dan apa (usaha) yang dia usahakan.
Ayat ini menjelaskan bahwa kekayaan dan status sosial tidak akan mampu menyelamatkan seseorang dari azab Allah SWT jika ia memilih untuk menentang kebenaran. Abu Lahab adalah salah satu orang terkaya dan memiliki kedudukan tinggi di antara kaum Quraisy. Dia memiliki banyak harta, anak-anak, dan pengaruh. Dengan segala kemewahan dan kekuasaannya, ia merasa mampu melakukan apa saja, termasuk menghalangi dakwah Nabi Muhammad SAW.
Namun, Allah SWT dengan tegas menyatakan bahwa semua itu, baik harta benda maupun hasil usahanya (termasuk anak-anaknya yang dianggap sebagai 'usaha' atau 'kekayaan' oleh bangsa Arab), tidak akan sedikit pun memberikan manfaat atau perlindungan baginya di hadapan azab Allah. Ayat ini mengajarkan bahwa nilai sejati seseorang bukan terletak pada harta dan kekuasaan duniawi, melainkan pada keimanan dan ketakwaannya. Di akhirat, hanya amal shalih yang akan menjadi penolong.
Terjemahan: Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak (neraka).
Setelah menyatakan kehancuran usaha dan harta bendanya, ayat ketiga ini secara langsung menegaskan takdir akhirat bagi Abu Lahab. Kata "سَيَصْلَىٰ" (kelak dia akan masuk) menunjukkan kepastian dan kejadian di masa depan yang tak terhindarkan. Dia akan memasuki neraka yang digambarkan sebagai "نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ" (api yang bergejolak). Penggunaan kata "lahab" di sini sangat relevan dengan julukan "Abu Lahab" itu sendiri, seolah-olah dia akan masuk ke dalam sumber dari julukannya.
Neraka digambarkan dengan api yang berkobar dan membara, menunjukkan intensitas azab yang akan dialami. Ayat ini adalah peringatan keras bagi siapa saja yang menggunakan kekuasaan dan harta benda untuk menentang kebenaran, bahwa ganjaran ilahi adalah api neraka yang tidak akan pernah padam. Ini juga berfungsi sebagai penegasan bagi Nabi Muhammad SAW dan para sahabat bahwa musuh-musuh mereka akan menerima balasan yang setimpal.
Terjemahan: Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar (penyebar fitnah).
Ayat ini tidak hanya mengutuk Abu Lahab, tetapi juga istrinya, Ummu Jamil binti Harb. Dia juga merupakan musuh bebuyutan Nabi Muhammad SAW dan sangat aktif dalam menentang dakwah Islam. Julukannya "حَمَّالَةَ الْحَطَبِ" (pembawa kayu bakar) memiliki beberapa tafsir:
Ayat ini menunjukkan bahwa azab Allah tidak hanya menimpa individu yang melakukan kejahatan, tetapi juga pasangannya yang turut serta dan mendukung dalam permusuhan terhadap kebenaran. Keterlibatan Ummu Jamil dalam menentang Nabi menjadikannya layak menerima balasan yang sama.
Terjemahan: Di lehernya ada tali dari sabut yang dipintal.
Ayat terakhir ini memberikan gambaran yang mengerikan dan sangat menghinakan tentang nasib Ummu Jamil di neraka. "فِي جِيدِهَا حَبْلٌ مِّن مَّسَدٍ" berarti "di lehernya ada tali dari sabut yang dipintal".
Tali dari sabut atau serat pelepah kurma adalah tali yang kasar, berat, dan biasanya digunakan untuk mengikat barang bawaan atau binatang. Ini melambangkan:
Ayat ini menutup surat dengan gambaran yang jelas dan menakutkan tentang balasan bagi mereka yang gigih memusuhi Allah dan Rasul-Nya, tidak peduli status sosial atau kekayaan mereka di dunia. Bahkan wanita sekalipun, jika bersekongkol dalam kejahatan, akan menerima balasan yang setimpal.
Surat Al-Lahab, meskipun pendek, menyimpan banyak pelajaran dan hikmah yang relevan bagi kehidupan setiap Muslim:
Kebenaran Akan Selalu Menang: Surat ini menunjukkan bahwa tidak peduli seberapa kuat dan gigihnya musuh-musuh Islam, pada akhirnya mereka akan binasa dan kebenaran akan tegak. Ini adalah janji Allah yang memberikan ketenangan bagi para pengemban dakwah.
Hubungan Darah Tidak Menjamin Keimanan: Fakta bahwa Abu Lahab adalah paman Nabi Muhammad SAW sendiri namun menjadi musuh terbesar menunjukkan bahwa hubungan darah tidak secara otomatis menjamin keimanan atau keselamatan di sisi Allah. Yang menentukan adalah iman dan amal perbuatan.
Harta dan Kedudukan Tidak Berguna Tanpa Iman: Ayat kedua secara eksplisit menyatakan bahwa harta benda dan hasil usaha tidak akan menyelamatkan seseorang dari azab Allah jika ia tidak beriman. Ini adalah pengingat agar kita tidak terlalu bergantung pada kekayaan duniawi dan senantiasa menempatkan Allah di atas segalanya.
Pentingnya Berkata Benar dan Adil: Nabi Muhammad SAW menyampaikan kebenaran meskipun harus berhadapan dengan keluarganya sendiri. Ini mengajarkan kita untuk selalu berpegang pada kebenaran dan keadilan, tidak peduli siapa yang kita hadapi.
Ancaman bagi Penyebar Fitnah: Gambaran tentang istri Abu Lahab sebagai "pembawa kayu bakar" adalah peringatan keras bagi mereka yang suka menyebarkan fitnah, ghibah, dan adu domba. Perbuatan tersebut diibaratkan menyulut api di dunia dan akan berujung pada api neraka di akhirat.
Azab yang Setimpal: Setiap ayat dalam surat ini menggambarkan azab yang spesifik dan setimpal dengan perbuatan Abu Lahab dan istrinya. Ini mengingatkan kita akan keadilan Allah SWT dan bahwa setiap perbuatan, baik maupun buruk, akan mendapatkan balasannya.
Penghiburan bagi Orang Beriman: Bagi Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya yang menghadapi penentangan sengit, surat ini adalah sumber penghiburan dan penguatan. Ini meyakinkan mereka bahwa Allah SWT selalu bersama orang-orang yang beriman dan akan melindungi mereka dari musuh-musuh kebenaran.
Dampak Buruk Kemarahan dan Kedengkian: Kisah Abu Lahab adalah contoh nyata bagaimana kemarahan, kedengkian, dan kesombongan dapat membutakan hati seseorang hingga menolak kebenaran, meskipun datang dari kerabat terdekat. Ini adalah pelajaran untuk mengendalikan emosi negatif dan membuka hati terhadap hidayah.
Wanita Juga Bertanggung Jawab Atas Perbuatannya: Keterlibatan dan hukuman bagi Ummu Jamil menunjukkan bahwa baik laki-laki maupun perempuan memiliki tanggung jawab pribadi atas perbuatan mereka di mata Allah, dan tidak ada yang dapat bersembunyi di balik status atau hubungan dengan orang lain.
Meskipun diturunkan ribuan tahun yang lalu untuk mengisahkan peristiwa spesifik di Mekkah, pesan-pesan Surat Al-Lahab tetap sangat relevan dan universal hingga hari ini:
Surat Al-Lahab adalah surat yang sarat makna dan peringatan. Ia mengabadikan kisah nyata tentang konsekuensi pahit bagi mereka yang menolak kebenaran secara terang-terangan dan aktif memusuhi Islam, meskipun mereka memiliki kedudukan atau hubungan darah dengan Nabi. Melalui analisis tajwid yang mendalam, kita belajar untuk membaca Al-Qur'an dengan benar, menjaga keaslian lafalnya, dan menghayati setiap hurufnya.
Pelajaran dari Surat Al-Lahab melampaui konteks sejarahnya. Ia mengajarkan kita tentang kefanaan harta dan kekuasaan duniawi, bahaya fitnah dan permusuhan, serta keniscayaan janji Allah bahwa kebenaran akan selalu menang. Semoga dengan memahami Surat Al-Lahab secara menyeluruh, kita dapat mengambil hikmah dan mengaplikasikannya dalam kehidupan, menjauhkan diri dari sifat-sifat Abu Lahab dan Ummu Jamil, serta senantiasa menjadi hamba Allah yang beriman dan bertakwa.