Tafsir Surah Al-Kahf: Panduan Lengkap dan Mendalam

Surah Al-Kahf, surah ke-18 dalam Al-Qur'an, adalah sebuah permata kebijaksanaan yang memukau. Dikenal sebagai "Surah Penghuni Gua," ia mengandung empat kisah utama yang sarat makna, pelajaran, dan bimbingan ilahi. Surah ini sering dibaca pada hari Jumat karena keutamaannya yang besar, menawarkan perlindungan dari fitnah Dajjal dan penerangan bagi hati yang mencari kebenaran.

Dalam artikel ini, kita akan menyelami setiap kisah, menggali tafsirnya, dan merenungkan relevansinya dalam kehidupan modern. Tujuan utama dari surah ini adalah untuk membimbing kita menghadapi berbagai ujian hidup: ujian keimanan (Ashabul Kahf), ujian harta (pemilik dua kebun), ujian ilmu (Nabi Musa dan Khidhir), dan ujian kekuasaan (Dzulqarnain). Selain itu, surah ini juga memberikan gambaran tentang hakikat kehidupan dunia yang fana dan kebenaran hari kebangkitan.

AL-KAHF (GUA)

Pengantar Surah Al-Kahf dan Keutamaannya

Surah Al-Kahf diturunkan di Mekah, kecuali ayat 28 yang diturunkan di Madinah, dan memiliki 110 ayat. Penurunannya terjadi pada masa-masa sulit dakwah Nabi Muhammad ﷺ, ketika beliau menghadapi penolakan dan permusuhan dari kaum Quraisy. Kisah-kisah di dalamnya berfungsi sebagai penghibur bagi Nabi dan para sahabatnya, serta pengingat akan kekuasaan dan kebijaksanaan Allah SWT.

Keutamaan Membaca Surah Al-Kahf

Salah satu aspek paling menonjol dari Surah Al-Kahf adalah keutamaannya yang agung, khususnya saat dibaca pada hari Jumat. Beberapa hadis Nabi Muhammad ﷺ menyebutkan keutamaan ini:

Keutamaan-keutamaan ini mendorong umat Muslim untuk merenungkan dan memahami pesan-pesan Surah Al-Kahf secara mendalam, bukan hanya sekadar membaca. Hal ini menegaskan bahwa isi surah ini memiliki kekuatan transformatif bagi jiwa dan pikiran.

Empat Kisah Utama dalam Surah Al-Kahf

Surah ini dibangun di atas empat kisah utama yang berfungsi sebagai metafora untuk berbagai ujian hidup dan solusi ilahiah terhadapnya. Kisah-kisah ini, meskipun tampak terpisah, sebenarnya terjalin erat, masing-masing mengajarkan kita tentang bagaimana menghadapi godaan, tantangan, dan kebingungan yang tak terhindarkan dalam perjalanan hidup.

1. Kisah Ashabul Kahf (Para Penghuni Gua) - Ujian Keimanan (Ayat 9-26)

Kisah pertama ini adalah tentang sekelompok pemuda yang hidup di sebuah negeri yang dipimpin oleh raja yang zalim dan menyembah berhala. Mereka, dengan teguh memegang tauhid, menolak untuk menyimpang dari keyakinan mereka kepada Allah Yang Maha Esa. Mereka berani menentang arus masyarakat yang sesat, sebuah tindakan yang membutuhkan keberanian luar biasa dan keimanan yang kokoh.

Pencarian Perlindungan dan Tidur Panjang

Merasa terancam oleh penganiayaan raja, mereka memutuskan untuk melarikan diri demi menjaga iman mereka. Mereka mencari perlindungan di sebuah gua, memohon kepada Allah agar melapangkan rahmat-Nya dan membimbing mereka ke jalan yang benar. Allah mengabulkan doa mereka dengan cara yang menakjubkan: mereka ditidurkan dalam gua selama tiga ratus sembilan tahun, dan ditambahkan sembilan tahun (309 tahun).

Selama tidur panjang ini, Allah menjaga mereka. Anjing mereka, Qithmir, menjaga di pintu gua, seolah-olah hidup, sehingga tidak ada yang berani mendekat. Tubuh mereka dibolak-balikkan oleh Allah agar tidak rusak, dan matahari terbit dan terbenam seolah-olah menyentuh gua, namun tidak membakar mereka, melainkan memberikan kehangatan dan cahaya yang cukup.

Kebangkitan dan Penemuan

Setelah sekian lama, Allah membangunkan mereka. Mereka menyangka hanya tidur sebentar, mungkin sehari atau setengah hari. Saat salah seorang dari mereka pergi ke kota untuk membeli makanan, ia terkejut melihat perubahan total di kota tersebut. Uang perak yang dibawanya adalah mata uang yang tidak dikenal lagi, dan orang-orang di kota pun terkejut melihat pakaian dan penampilan kuno pemuda tersebut.

Akhirnya, terungkaplah keajaiban tidur panjang mereka. Kejadian ini menjadi bukti nyata bagi orang-orang pada masa itu akan kekuasaan Allah untuk membangkitkan orang mati dan kebenaran hari kiamat, sebuah konsep yang banyak diragukan.

Pelajaran dari Ashabul Kahf:

  1. Prioritas Iman di Atas Segalanya: Para pemuda ini rela meninggalkan harta, keluarga, dan kenyamanan hidup demi mempertahankan akidah mereka. Ini mengajarkan bahwa iman kepada Allah adalah aset paling berharga yang harus dijaga, bahkan jika itu berarti mengorbankan segalanya.
  2. Keberanian Menghadapi Kebatilan: Mereka tidak takut untuk berdiri sendiri melawan penguasa dan masyarakat yang sesat. Ini adalah inspirasi bagi umat Muslim untuk tidak takut menyuarakan kebenaran, bahkan di tengah tekanan dan dominasi kebatilan.
  3. Pertolongan Allah Bagi Hamba-Nya yang Bertakwa: Allah melindungi mereka dengan cara yang tidak terduga dan ajaib, menunjukkan bahwa barangsiapa bertawakkal kepada Allah, Dia akan memberikan jalan keluar dan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.
  4. Bukti Kekuasaan Allah akan Hari Kebangkitan: Kisah tidur panjang mereka yang diikuti kebangkitan adalah tanda nyata bagi manusia bahwa Allah Maha Kuasa untuk menghidupkan kembali orang mati, dan bahwa Hari Kiamat adalah sebuah keniscayaan.
  5. Pentingnya Persatuan dalam Kebenaran: Meskipun hanya sekelompok kecil, persatuan mereka dalam iman memberikan kekuatan.
  6. Ujian Kesabaran: Mereka bersabar dalam menghadapi ujian keimanan, dan kesabaran itu membuahkan hasil yang agung.
Kisah Ashabul Kahf adalah pengingat bahwa iman adalah fondasi hidup. Ketika fondasi ini kuat, Allah akan menjadi pelindung terbaik, bahkan dalam situasi yang paling mustahil sekalipun.

2. Kisah Pemilik Dua Kebun - Ujian Harta (Ayat 32-44)

Kisah kedua menceritakan tentang dua orang laki-laki, salah satunya kaya raya dengan dua kebun anggur yang subur dan dikelilingi pohon kurma, dialiri sungai, sedangkan yang lainnya miskin namun beriman. Kisah ini menggambarkan kontras antara kekayaan materi yang seringkali melahirkan kesombongan dan kemiskinan yang diiringi dengan ketakwaan.

Kesombongan dan Kedurhakaan si Kaya

Laki-laki yang kaya itu sangat bangga dengan hartanya. Dia menyombongkan diri kepada temannya yang miskin, mengatakan, "Hartaku lebih banyak daripada hartamu, dan pengikutku lebih kuat." Dia juga berujar bahwa kebunnya tidak akan pernah binasa dan bahkan meragukan adanya Hari Kiamat. Jika pun ada, ia yakin akan mendapatkan yang lebih baik di sisi Allah. Ini menunjukkan puncak kesombongan, mengingkari nikmat Allah, dan melupakan akhirat.

Nasihat dari si Miskin yang Beriman

Temannya yang miskin, dengan penuh hikmah dan kesabaran, menasihatinya. Ia mengingatkan akan asal-usul manusia dari tanah, bahwa semua kekayaan adalah pinjaman dari Allah, dan bahwa Allah berkuasa untuk mencabut nikmat-Nya kapan saja. Ia juga mengingatkan tentang kekuasaan Allah untuk membinasakan kebun-kebun itu dan pentingnya bersyukur serta bergantung kepada Allah, bukan kepada harta.

Nasihat si miskin mencerminkan pandangan seorang mukmin sejati: harta adalah ujian, bukan tujuan. Kebahagiaan sejati tidak terletak pada akumulasi kekayaan, melainkan pada ketakwaan dan ridha Allah.

Kehancuran dan Penyesalan

Tidak lama kemudian, kebun-kebun mewah itu dilanda azab. Allah mengirimkan bencana yang menghancurkan semua buah, tanaman, dan infrastruktur kebun. Si kaya menyaksikan kehancuran total miliknya, dan ia pun menyesal. Penyesalannya datang terlambat, setelah semua nikmat diambil darinya.

Ia akhirnya menyadari kesalahannya, namun kehilangan semua yang ia banggakan. Ini adalah pelajaran pahit tentang transitorisnya kehidupan dunia dan bahaya kesombongan.

Pelajaran dari Pemilik Dua Kebun:

  1. Harta Adalah Ujian, Bukan Kebahagiaan Abadi: Kekayaan adalah amanah dari Allah yang dapat dicabut kapan saja. Fokus pada harta semata dapat membutakan hati dari kebenaran dan tujuan hidup yang sesungguhnya.
  2. Bahaya Kesombongan dan Kekufuran Nikmat: Sifat sombong karena harta dan melupakan pemberi nikmat adalah dosa besar yang dapat mendatangkan murka Allah dan kehancuran.
  3. Pentingnya Bersyukur dan Bertawakal: Nasihat teman yang miskin mengajarkan kita untuk selalu bersyukur dan menyandarkan diri kepada Allah dalam segala keadaan, baik kaya maupun miskin.
  4. Kehidupan Dunia Fana: Kebun yang subur dan indah itu hancur dalam sekejap, menunjukkan bahwa segala kemegahan duniawi adalah sementara dan tidak ada yang abadi kecuali Allah.
  5. Pentingnya Berdoa dan Mengingat Allah: "Mengapa kamu tidak mengucapkan, 'Maa syaa Allah, laa quwwata illa billah' (Sungguh atas kehendak Allah, semua ini terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah) ketika kamu memasuki kebunmu?" (QS. Al-Kahf: 39). Ini adalah dzikir yang mengingatkan kita untuk selalu mengaitkan semua keberhasilan dengan kehendak Allah.

Kisah ini menjadi peringatan bagi kita semua agar tidak terpedaya oleh gemerlap dunia, melainkan menjadikannya sarana untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.

Refleksi tentang Hakikat Kehidupan Dunia (Ayat 45-49)

Setelah dua kisah ini, Allah menyisipkan perumpamaan tentang kehidupan dunia. Dia menggambarkannya seperti air hujan yang turun dari langit, menyuburkan tanaman di bumi, lalu tanaman itu mengering dan diterbangkan angin. Ini adalah metafora yang kuat tentang kefanaan dan kecepatan berlalunya kehidupan dunia.

Ayat-ayat ini menegaskan bahwa harta dan anak-anak hanyalah perhiasan dunia. Amalan saleh yang kekal lebih baik di sisi Allah. Pada Hari Kiamat, buku catatan amal akan dibentangkan, dan setiap orang akan melihat semua perbuatan mereka, besar maupun kecil, tercatat dengan sempurna.

3. Kisah Nabi Musa dan Khidhir - Ujian Ilmu (Ayat 60-82)

Kisah ketiga adalah narasi yang mendalam tentang perjalanan Nabi Musa a.s. dalam mencari ilmu, khususnya ilmu hikmah yang tidak ia miliki. Allah memerintahkan Musa untuk menemui seorang hamba-Nya yang saleh, yang dikenal sebagai Khidhir, di pertemuan dua lautan.

Perjalanan Mencari Ilmu dan Perjanjian

Nabi Musa, bersama muridnya Yusha' bin Nun, memulai perjalanan panjang untuk menemui Khidhir. Sesampainya di tempat yang dijanjikan, Musa meminta izin untuk belajar dari Khidhir, yang memiliki ilmu langsung dari Allah. Khidhir setuju, namun dengan syarat bahwa Musa tidak boleh bertanya atau protes atas tindakan Khidhir sampai ia sendiri yang memberikan penjelasan.

Ini adalah ujian kesabaran dan kerendahan hati bagi Nabi Musa, seorang Nabi besar yang dikenal dengan ilmunya, untuk tunduk kepada ilmu yang lebih tinggi.

Tiga Insiden yang Penuh Misteri

  1. Perahu yang Dilubangi: Mereka menaiki sebuah perahu. Khidhir kemudian melubangi perahu itu, membuat Musa terkejut dan bertanya-tanya mengapa ia merusak perahu orang miskin yang telah berbaik hati menumpangi mereka.
  2. Anak Muda yang Dibunuh: Setelah itu, mereka bertemu dengan seorang anak muda. Khidhir membunuh anak muda itu, lagi-lagi membuat Musa marah dan tidak habis pikir mengapa ia membunuh jiwa yang tidak bersalah.
  3. Dinding yang Diperbaiki: Mereka tiba di sebuah kota di mana penduduknya enggan menjamu mereka. Khidhir kemudian memperbaiki dinding yang hampir roboh tanpa meminta upah. Musa kembali bertanya-tanya, mengapa Khidhir tidak meminta upah saja dan menggunakannya untuk membeli makanan.

Penjelasan Khidhir dan Hikmah Tersembunyi

Setelah Musa melanggar janjinya tiga kali, Khidhir menjelaskan makna di balik setiap tindakannya, yang semuanya didasarkan pada ilmu dan perintah dari Allah:

Setiap tindakan Khidhir, yang pada awalnya tampak merusak atau tidak adil, ternyata memiliki hikmah yang lebih besar dan tujuan yang mulia dari sisi Allah. Ini adalah gambaran dari "ilmu laduni" atau ilmu langsung dari Allah, yang melampaui pemahaman manusia biasa.

Pelajaran dari Nabi Musa dan Khidhir:

  1. Keterbatasan Ilmu Manusia: Meskipun Nabi Musa adalah seorang nabi yang agung, ia menyadari ada ilmu yang lebih tinggi dari yang ia miliki. Ini mengajarkan kerendahan hati dan bahwa pemahaman kita terhadap takdir dan kebijaksanaan Allah sangat terbatas.
  2. Hikmah di Balik Takdir Allah: Banyak kejadian di dunia ini yang tampak buruk atau tidak adil dari sudut pandang manusia, namun sebenarnya mengandung kebaikan dan hikmah yang lebih besar di balik tabir takdir.
  3. Pentingnya Kesabaran dan Tawakkal: Kita harus bersabar dan bertawakkal sepenuhnya kepada Allah, yakin bahwa setiap ketetapan-Nya adalah yang terbaik, meskipun kita tidak memahami alasannya saat itu.
  4. Mencari Ilmu Adalah Kewajiban: Perjalanan Musa menunjukkan semangat tak kenal lelah dalam mencari ilmu, bahkan dari seseorang yang bukan nabi, demi mendapatkan pemahaman yang lebih dalam.
  5. Konsep Ilmu Gaib: Kisah ini memberikan sedikit gambaran tentang ilmu gaib yang hanya dimiliki oleh Allah dan kadang diberikan kepada hamba-hamba pilihan-Nya untuk tujuan tertentu.
  6. Kemuliaan Amal Saleh Orang Tua: Harta anak yatim yang terlindungi karena kesalehan orang tua mereka menunjukkan bahwa amal baik seseorang dapat memberikan manfaat hingga generasi berikutnya.
Kisah Musa dan Khidhir mengajarkan kita untuk melihat melampaui apa yang tampak di permukaan, bersabar dengan takdir, dan menyadari bahwa kebijaksanaan Allah jauh melampaui akal manusia.

4. Kisah Dzulqarnain - Ujian Kekuasaan (Ayat 83-98)

Kisah keempat adalah tentang Dzulqarnain, seorang penguasa adil dan perkasa yang diberikan kekuasaan luas oleh Allah, mampu mencapai ujung timur dan barat bumi. Identitas Dzulqarnain masih diperdebatkan oleh para sejarawan dan mufasir, namun yang terpenting adalah pelajaran dari karakternya dan tindakan-tindakannya.

Perjalanan ke Barat dan Timur

Dzulqarnain memulai perjalanannya ke arah barat, hingga ia mencapai tempat terbenamnya matahari. Di sana, ia menemukan suatu kaum dan Allah memberinya pilihan untuk menghukum atau berbuat baik kepada mereka. Dzulqarnain memilih untuk berlaku adil, menghukum orang-orang zalim dan berbuat baik kepada orang-orang saleh.

Kemudian, ia melanjutkan perjalanannya ke arah timur, hingga ia mencapai tempat terbitnya matahari. Di sana, ia menemukan suatu kaum yang belum memiliki pelindung dari terik matahari. Dzulqarnain juga berinteraksi dengan mereka, menunjukkan kebijaksanaannya sebagai pemimpin yang peduli.

Perjalanan ke Antara Dua Gunung dan Tembok Yajuj Ma'juj

Perjalanan ketiga membawanya ke suatu tempat di antara dua gunung, di mana ia menemukan kaum yang tidak dapat memahami pembicaraan, mungkin karena bahasa atau peradaban yang sangat berbeda. Kaum ini mengeluh kepadanya tentang Yajuj dan Ma'juj (Gog dan Magog), dua suku yang sangat merusak di bumi.

Mereka meminta Dzulqarnain untuk membangunkan tembok pembatas sebagai perlindungan dari Yajuj Ma'juj, dan mereka bersedia membayar upah. Dzulqarnain menolak upah, menyatakan bahwa karunia Allah kepadanya sudah lebih baik, namun ia setuju untuk membangunkan tembok jika mereka membantunya dengan tenaga.

Dengan teknologi dan kekuatan yang diberikan Allah, Dzulqarnain membangun tembok raksasa dari besi dan tembaga cair. Tembok ini begitu kokoh sehingga Yajuj Ma'juj tidak dapat memanjatnya maupun melubanginya.

Pernyataan Dzulqarnain dan Hari Kiamat

Setelah selesai, Dzulqarnain berkata, "Ini adalah rahmat dari Tuhanku. Apabila janji Tuhanku datang (Hari Kiamat), Dia akan menjadikannya rata dengan tanah; dan janji Tuhanku itu adalah benar." Ini menunjukkan kesadaran Dzulqarnain bahwa kekuatannya adalah dari Allah dan bahwa segala sesuatu akan berakhir sesuai kehendak-Nya pada Hari Kiamat, termasuk tembok yang kokoh itu.

Pelajaran dari Dzulqarnain:

  1. Kekuasaan Adalah Amanah dari Allah: Dzulqarnain tidak sombong dengan kekuasaannya, melainkan menggunakannya untuk kebaikan dan keadilan. Ia menyadari bahwa kekuasaan itu berasal dari Allah dan akan kembali kepada-Nya.
  2. Pemimpin yang Adil dan Bijaksana: Ia membuat keputusan berdasarkan keadilan, menolong yang tertindas, dan membangun infrastruktur untuk melindungi rakyatnya tanpa pamrih. Ini adalah teladan bagi setiap pemimpin.
  3. Manfaat Ilmu dan Teknologi untuk Kebaikan: Dzulqarnain menggunakan pengetahuannya tentang logam untuk membangun tembok yang melindungi manusia dari kejahatan Yajuj Ma'juj, menunjukkan bahwa teknologi harus digunakan untuk kebaikan umat manusia.
  4. Merendahkan Diri dan Bersyukur: Meskipun memiliki kekuasaan besar, ia tetap merendahkan diri di hadapan Allah dan bersyukur atas nikmat-Nya. Ia tidak mengambil keuntungan pribadi dari proyek pembangunan tembok.
  5. Pengingat Hari Kiamat: Pernyataan Dzulqarnain tentang runtuhnya tembok pada Hari Kiamat menjadi pengingat bahwa segala sesuatu di dunia ini fana, dan hanya Allah yang kekal. Keluarnya Yajuj Ma'juj juga merupakan salah satu tanda besar Hari Kiamat.

Kisah Dzulqarnain mengajarkan bahwa kekuasaan, jika digunakan dengan benar dan atas dasar ketakwaan, dapat menjadi sumber kebaikan yang sangat besar bagi umat manusia. Namun, ia juga merupakan ujian berat yang dapat menjerumuskan pada kesombongan dan kezaliman jika tidak dikelola dengan bijak.

Keterkaitan Antar Kisah dan Lima Ujian Utama

Keempat kisah dalam Surah Al-Kahf tidak berdiri sendiri. Mereka saling melengkapi dan menyajikan pola yang jelas tentang jenis-jenis ujian yang akan dihadapi manusia dalam hidup. Ujian-ujian ini dapat dirangkum menjadi lima kategori besar:

  1. Ujian Iman (Kisah Ashabul Kahf): Bagaimana kita berpegang teguh pada tauhid dan kebenaran di tengah tekanan masyarakat atau penguasa yang zalim? Apakah kita berani berdiri sendiri demi Allah?
  2. Ujian Harta (Kisah Pemilik Dua Kebun): Bagaimana kita mengelola kekayaan yang Allah titipkan? Apakah harta menjadikan kita sombong dan lupa diri, ataukah kita menggunakannya untuk bersyukur dan beribadah?
  3. Ujian Ilmu (Kisah Nabi Musa dan Khidhir): Bagaimana kita menggunakan ilmu yang kita miliki? Apakah kita sombong dengan pengetahuan kita, ataukah kita senantiasa rendah hati, sadar akan keterbatasan ilmu manusia, dan terus mencari ilmu dari sumber yang benar?
  4. Ujian Kekuasaan (Kisah Dzulqarnain): Bagaimana kita menggunakan kekuasaan dan pengaruh yang diberikan Allah? Apakah untuk kezaliman dan keuntungan pribadi, atau untuk keadilan, perlindungan, dan kemaslahatan umat?
  5. Ujian Dajjal: Semua ujian di atas pada dasarnya adalah persiapan menghadapi fitnah Dajjal, yang akan muncul dengan godaan besar terkait keempat aspek tersebut: menyesatkan iman, menawarkan kekayaan, mengklaim ilmu gaib, dan memiliki kekuasaan mutlak di bumi. Memahami surah ini berarti memperkuat diri dari godaan-godaan Dajjal.

Inti dari Surah Al-Kahf adalah membimbing manusia untuk lulus dari ujian-ujian ini. Dengan merenungkan kisah-kisah ini, seorang Muslim akan diperlengkapi dengan kebijaksanaan, kesabaran, dan ketakwaan yang diperlukan untuk menavigasi kompleksitas kehidupan dunia.

Relevansi Surah Al-Kahf di Era Modern

Meskipun diturunkan berabad-abad yang lalu, pesan-pesan Surah Al-Kahf tetap relevan, bahkan semakin terasa urgensinya di era modern yang penuh tantangan ini:

Surah Al-Kahf adalah kompas spiritual yang memandu kita melalui badai fitnah dan ujian hidup. Ia mengajak kita untuk selalu merujuk kepada Allah dalam setiap keputusan, bersabar dalam menghadapi cobaan, rendah hati dalam mencari ilmu, dan adil dalam mengelola kekuasaan. Dengan merenungkan setiap ayat dan kisah di dalamnya, kita dapat menemukan kedamaian, bimbingan, dan kekuatan untuk menjalani hidup ini dengan penuh makna.

Penutup: Mengamalkan Pelajaran Surah Al-Kahf

Membaca Surah Al-Kahf pada hari Jumat bukan sekadar ritual, melainkan undangan untuk meresapi dan menginternalisasi pelajaran-pelajaran berharga yang terkandung di dalamnya. Setiap kisah adalah cermin yang memantulkan kondisi jiwa kita, menguji seberapa kuat iman kita, seberapa bijak kita mengelola dunia, seberapa rendah hati kita dalam berilmu, dan seberapa bertanggung jawab kita dalam berkuasa.

Marilah kita jadikan Surah Al-Kahf sebagai teman perjalanan, sebuah lentera yang menerangi jalan kita di dunia yang penuh fitnah ini, agar kita senantiasa berada di atas jalan kebenaran dan meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat. Memahami tafsirnya adalah langkah awal untuk mengamalkan hikmahnya, menjadikan kita hamba yang lebih baik di sisi Allah SWT.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kita taufik dan hidayah untuk memahami dan mengamalkan setiap petunjuk dalam Al-Qur'an.

🏠 Homepage